Jakarta (SIB)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menjenguk pengungsi Gunung Merapi di Sleman, DIY. SBY akan berangkat pada Selasa (2/11) siang. “Presiden langsung ke Yogyakarta. Pukul 14.00 WIB siang dari Bandara Halim Perdanakusumah menuju ke Semarang,” kata juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha kepada detikcom, Senin (1/11).Julian menjelaskan jadwal SBY Selasa sebelum ke Yogyakarta, adalah bertemu dengan PM Australia, Julia Gillard. Pertemuan akan berlangsung pukul 10.00 WIB.
“Rencana awalnya presiden mengundang makan malam. Tetapi acara makan malam itu dibatalkan dan diajukan acara makan siang. Selepas itu presiden langsung ke Yogya,” jelasnya.
Menurut Julian, SBY dari Semarang langsung menuju DIY lewat perjalanan darat lalu menjenguk pengungsi Merapi. Di Yogyakarta, SBY akan menginap di Gedung Agung dan akan kembali ke Jakarta keesokan harinya.”Presiden akan menginap di Gedung Agung dekat Kraton dan akan kembali ke Jakarta hari Rabu,” ujarnya.
Pada rapat kabinet, Senin (1/11) Presiden juga menyampaikan akan berkunjung ke daerah bencana di Yogyakarta pada Selasa (2/11) untuk melihat langsung penanganan korban bencana letusan Gunung Merapi.
“Meski sistem sudah berjalan, Wapres sudah tinjau, besok (Selasa 2/11-red) sekitar pukul 14.00 saya akan tinjau. Hal itu setelah rangkaian acara dengan Perdana Menteri Australia (Julia Gillard, red) selesai,” kata Presiden.
Kepala Negara mengatakan, pada Senin pagi, segera setelah mendengar laporan terjadinya letusan terbaru gunung tersebut, menghubungi Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X .
“Segera setelah saya mendengar ada letusan , baru saya berkomunikasi melalui telepon dengan Gubernur DIY dan Jawa Tengah. Keduanya sedang memimpin dan kelola langkah tanggap darurat utamanya hadapi letusan baru,” kata Presiden.
Kepala Negara menambahkan, ia menginstruksikan agar dilanjutkan dan terus dilakukan langkah-langkah tanggap darurat khususnya mencegah korban jiwa.
“Saya instruksikan disamping apa yang telah dilakukan Pemda, untuk berupaya sekuat tenaga menyelamatkan jiwa saudara kita yang berada di sana dengan segala upaya,” tegasnya.
Di sisi lain, Kepala Negara juga meminta masyarakat agar menaati instruksi pemerintah daerah dan petugas di lapangan saat melakukan langkah-langkah evakuasi untuk mencegah korban jiwa.
“Sekaligus saya meminta pengertian kerja sama dan kesadaran dari masyarakat taati apa yang disampaikan pemerintah demi keselamatan,” katanya.
Sidang kabinet paripurna yang berlangsung di Kantor Presiden, dihadiri oleh seluruh menteri membahas mengenai penanganan bencana di dalam negeri.
MERAPI KEMBALI GANAS, PENGUNGSI 70.000 JIWA
Aktivitas Gunung Merapi, hingga Senin (1/11), belum juga mereda, bahkan terus meningkat. pada pukul 10.05 WIB, Merapi kembali menyemburkan awan panas. Kondisi itu membuat sekitar 3.000 pengungsi di Hargobinangun panik dan berupaya menyelamatkan diri. Tak hanya awan panas, Merapi pun memuntahkan hujan abu dan pasir yang terbawa angin hingga Boyolali, Solo, dan Karanganyar.
Warga Karanganyar yang juga Ketua RW 13 Kelurahan Jongke, Kecamatan Karanganyar Kota, Langgeng Widodo kepada SP mengatakan hujan abu vulkanik pada Minggu sore melanda wilayahnya. “Hujan abu cukup lebat hingga membuat atap rumah dan jalanan berdebu.
Warga tak siap dengan masker, karena terjadi secara tiba-tiba. Kami tak menyangka karena jarak Merapi ke sini sangat jauh”, ujar warga Perum Jongke Permai itu.
Data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) dan berbagai lembaga swadaya masyarakat menyebutkan hampir 70.000 warga di Sleman, Magelang, Boyolali, dan Kalten, mengungsi pasca letusan Merapi, Selasa (26/10). Di Sleman tercatat lebih dari 20.000 orang mengungsi, 39.000 di Magelang, 4.000 di Boyolali, dan 3.500 di Klaten. Jumlah tersebut melonjak drastis, mengingat jumlah pengungsi pada Jumat (29/10) baru 46.000 dan naik menjadi 50.000 orang pada Minggu (31/10).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jateng, Jarot Nugroho kepada SP, Senin (1/11) mengatakan peningkatan jumlah pengungsi itu terjadi karena aktivitas Merapi terus meningkat. Warga di wilayah yang sebelumnya masuk zona aman kemudian memutuskan mengungsi ke tempat yang aman, karena takut terkena semburan abu vulkanik dan awan panas Merapi. Hingga Senin pagi, jumlah pengungsi Merapi di Kabupaten Magelang telah mencapai 39.000 orang. Padahal, pada akhir pekan lalu jumlahnya baru mencapai 30.900 orang. “Namun hingga kini belum ada penambahan jumlah tempat penampungan sementara (TPS). Masih tetap 55 TPS setelah ada pembengkakan jumlah TPS dari sebelumnya 39 TPS akibat peningkatan jumlah pengungsi”, ujar Jarot.
Dari Boyolali dilaporkan, warga di luar kawasan rawan bencana (KRB) III pun ikut mengungsi. Kondisi itu membuat jumlah pengungsi membludak dan tak tertampung di lokasi yang telah disediakan.
Sedangkan, Pemerintah Kabupaten Klaten mempersiapkan tempat pengungsian tambahan menyusul semakin banyaknya warga yang ikut mengungsi. Saat ini sudah ada tiga lokasi pengungsian, namun tidak mampu lagi menampung pengungsi baru. “Ada kemungkinan dibuka lokasi pengungsian baru”, kata Joko Rukminto, Kepala Bidang Potensi Perlindungan Masyarakat Kesbangpolinmas Klaten.
IRITASI MATA
Sementara itu, erupsi Merapi yang menebar debu vulkanik yang terjadi sejak Selasa (26/10) menyebabkan pengungsi mengalami iritasi mata. Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) DIY Prof Dr dr Suhardjo menyatakan dari pemeriksaan yang dilakukan tim dokter spesialis mata dari Fakultas Kedokteran UGM dan Rumah Sakit Mata dr Yap pada Minggu (31/10), sekitar 25 persen pengungsi mengalami iritasi mata.
Menurutnya, meski tidak ditemui kasus berat, hujan abu yang melanda daerah kawasan Merapi, cukup mengganggu masyarakat, terutama yang tinggal di lereng merapi.
Selain gangguan iritasi mata, pengungsi juga mengeluhkan sesak napas. Dokter jaga di barak Hargobinangun, Irwan menuturkan, tim kesehatan di barak tak berhenti melayani keluhan warga yang mengeluhkan gangguan pernapasan akibat terlalu banyak menghirup debu vulkanik. Meski sudah memakai masker, namun sesak napas dan mata pedas tetap menyerang pengungsi. Selain itu, pengungsi pun mulai kekurangan air bersih.
Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG) menurunkan tim tanggap darurat ke Gunung Karang Etang di Sulawesi Utara. Pengiriman tim ini terkait dengan status “Siaga” pada gunung tersebut. Kepala Sub Bidang Pengamatan Gunung Api Agus Budianto mengatakan masyarakat yang tinggal di sekitar Karang Etang sangat rawan akan bahaya letusan gunung. “Jaraknya hanya sekitar tiga kilometer dari puncak”, katanya.
Kerawanan tersebut tidak lepas dari karakteristik Karang Etang yang suka menyemburkan lava pijar disertai dengan guguran lava. “Kerawanannya sama dengan Merapi. Bedanya kalau di Karang Etang itu tidak ada jalur evakuasi, jadinya saat krusial, sehingga kita terus memantaunya”, ujarnya.
Selain itu, sambung dia, masih ada Gunung Ibu di Halmahera yang statusnya “Siaga”.
Luncuran Awan Panas Merapi Lebih Besar Dibanding Hari Sebelumnya
Cuaca cerah menyebabkan letusan Merapi terlihat jelas dari jarak jauh. Awan panas berwarna abu-abu terlihat meluncur dari kawah Gunung Merapi. Luncuran awan panas ini lebih besar dibandingkan hari-hari sebelumnya.”Tinggi sekali awan panasnya. Ini yang paling besar dibandingkan letusan-letusan sebelumnya,” kata Yuli Noegroho, warga Boyolali kepada detikcom, Senin (1/11).Yuli menjelaskan, abu gunung merapi ini menyebabkan mobil dan bus yang melintas dari Semarang mengarah ke Solo terkena debu. Namun sampai saat ini lalu lintas masih lancar.”Mobil-mobilnya terkena debu, tapi lalu lintas masih lancar,” katanya
Hal yang sama diungkapkan Eko, warga Klaten ini menyatakan, awan panas yang dikeluarkan Merapi sangat besar. “Gunung Merapi mengeluarkan wedhus gembel dengan volume yang lebih besar,” katanya.Gunung Merapi meletus lagi sekitar pukul 10.10 WIB. Letusan ini menyebabkan ratusan warga Klaten, Jateng, yang berada di perbatasan gunung teraktif di Indonesia itu panik berlarian dari rumah mereka menuju ke bawah.
Letusan Merapi Dirasa Warga Terbesar, Awan Panas Bergulung-gulung
Letusan Merapi yang terjadi pukul 10.10 WIB, Senin (1/10), dirasakan warga paling besar sejak Merapi mengalami erupsi pertama pada 26 Oktober 2010. Awan panas terlihat bergulung-gulung, sehingga menutupi pemandangan Merapi dan gunung Merbabu.
Pemantauan detikcom di Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, erupsi Merapi ini terlihat sangat dahsyat. Awan panas bergulung-gulung hingga melompati Bukit Kendil di lereng Merapi.Sejak Merapi mengalami erupsi pertama pada 26 Oktober 2010, tidak pernah awan panasnya melompati Bukit Kendil. Selama ini, Bukit Kendil menjadi tameng untuk warga di tiga desa, yaitu desa Tegal Mulyo, Sidorejo, dan Balerante. Karena itulah, letusan Merapi kali ini sangat-sangat menakutkan warga di tiga desa itu.
“Mas cepat turun, awan
panasnya besar sekali. Ini sebentar lagi sampai sini,” kata salah seorang warga Sidorejo kepada detikcom saat berada di lapangan Sidorejo.Awan panas yang bergulung-gulung dan melompati Bukit Kendil itu memang belum pernah terlihat selama ini dari Sidorejo. Akibatnya, warga yang sebelumnya keluar dari kamp pengungsi dan mendatangi rumah-rumah mereka untuk sekadar memberi makan kepada hewan ternak, akhirnya kalang kabut untuk mengungsi kembali.
Hingga pukul 10.50 WIB, awan panas Merapi masih mengepul. Awan panas itu terlihat lebih hitam dari biasanya. Diperkirakan abu vulkanik dari perut Merapi ini mengarah ke utara dan timur laut.Sementara itu, seorang warga Klaten, Eko, juga menginformasikan lewat infoanda bahwa letusan Merapi kali ini lebih besar dari sebelum-sebelumnya. “Gunung Merapi mengeluarkan wedhus gembel lagi dengan volume yang lebih besar,” kata Eko.Yuli Noegroho juga berkomentar yang hampir senada. “Wedhus gembel keluar lagi, bahkan lebih gede dari kemarin-kemarin,” kata Yuli.
Gunung Merapi Meletus, Warga Semarang Kaget Terkena Hujan Abu
Hujan abu vulkanik Gunung Merapi menyebar hingga ke Semarang, Jateng. Warga kaget karena selama ini belum pernah mengalami hal tersebut.”Abu turun rintik-rintik. Tahu-tahu jok motor saya memutih,” kata seorang warga Pabelan, Kabupaten Semarang, Hardi, Senin (1/11).Kecamatan Pabelan berada di sebelah utara Boyolali dan barat Salatiga. Kawasan ini cukup jauh dari lereng Merapi, sekitar 25 Km.
Hardi menyatakan, abu mulai terlihat sekitar pukul 11.00 WIB. Menurut dia, warga tidak panik, tapi terlihat kaget karena baru kali ini, sejak Merapi meletus 26 Oktober lalu, daerahnya kena hujan abu.”Abunya tidak pekat, hanya terlihat menempel di barang-barang di luar rumah, jalan, dan lain-lain,” katanya.Akibat letusan Merapi sekitar jam 10.00 WIB tadi, cuaca di Boyolali, Salatiga, dan Kabupaten Semarang bagian Selatan redup. Padahal, sebelumnya, cuaca cukup cerah.
Sementara di ibukota Jateng, Semarang, tak nampak adanya hujan abu. Namun cuaca cukup redup. Gumpalan awan hitam menggelayut dari arah selatan.Gunung Merapi meletus lagi sekitar pukul 10.10 WIB. Letusan ini menyebabkan ratusan warga Klaten, Jateng, yang berada di perbatasan gunung teraktif di Indonesia itu panik berlarian dari rumah mereka menuju ke bawah.
Bandara Ahmad Yani Masih Normal
Bandara Ahmad Yani Semarang dinyatakan aman dari gangguan abu Merapi. Semua jadwal penerbangan berjalan normal.Manajer Operasional PT Angkasa Pura I Semarang, Edi Hartono mengatakan, pihaknya belum melakukan langkah-langkah khusus untuk mengantisipasi kemungkinan gangguan abu Gunung Merapi karena kondisi bandara kondusif.
“Aman-aman saja. Hujan abu tidak nyampe sini,” kata Edi .Edi menyatakan, jadwal penerbangan normal. Pesawat yang datang dan pergi tidak terimbas, karena lintasannya memang agak jauh dari kawasan Merapi.
“Kalau Solo, mungkin (kena imbas Merapi). Kalau bandara sini, nggak,” ungkapnya.
Edi menambahkan, sejauh ini pihaknya tak menerima pengalihan penerbangan baik dari Solo maupun Yogyakarta. Bandara Ahmad Yani hanya melayani rute seperti biasanya.
Mengenai mendung dan gumpalan hitam di langit Semarang, Edi menyatakan, hal itu tak mengganggu penerbangan. Jarak pandang masih sangat aman.Sebagaimana diberitakan, letusan Gunung Merapi terjadi lagi sekitar pukul 10.00 WIB. Abu vulkanik diperkirakan terbawa angin ke Timur dan Utara. Daerah-daerah yang kemungkinan terkena hujan abu di antaranya, Solo, Boyolali, Salatiga, Kabupaten Semarang.Menurut informasi yang dihimpun detikcom, abu telah sampai di Kabupaten Semarang bagian Selatan. Namun hingga kini, Kota Semarang masih terbebas dari hujan abu. Pada pukul 13.00 WIB, gerimis sempat turun, tapi beberapa saat kemudian gerimis itu hilang.
Gunung Merapi Meletus, Bandara Adisoemarmo Solo Masih Aman
Letusan Gunung Merapi belum mempengaruhi aktivitas di Bandara Adisoemarmo Solo. Aktivitas penerbangan di bandara ini masih normal dan belum terganggu debu vulkanis.
“Sampai saat ini belum ada pengaruh apa-apa. Namun kita sudah mengeluarkan pemberitahuan kepada semua penerbang untuk berhati-hati saat landing dan take off,” kata Airport Duty Manager Bandara Adi Soemarmo Solo, Edy Martono, kepada detikcom, Senin (1/11).
Edy memperkirakan, abu vulkanik Merapi akan mencapai Solo sekitar satu jam. Untuk itulah ia meminta seluruh penerbang untuk berhati-hati.”Memang sangat tergantung tiupan angin. Namun jika tiupan mengarah ke sini, maka diperkirakan akan memakan waktu sekitar satu jam untuk sampai Solo,” katanya.Edy menyatakan, jamaah haji akan terbang dari Bandara Adi Soemarmo sekitar pukul 12.00 WIB. Ia berharap para jamaah bisa terbang sebelum ada abu vulkanik. “Mudah-mudahan bisa terbang sebelum ada abu,” katanya.
Edy mengungkapkan, debu vulkanik sangat berbahaya bagi penerbangan. Hal ini disebabkan adanya kandungan belerang dalam debu tersebut.Kalau kena pesawat bisa menimbulkan percikan api,” katanya. Sebelumnya, pada 31 Oktober, bandara Adisoemarmo sempat ditutup karena terkena hujan abu dari Gunung Merapi. Penerbangan di bandara itu dihentikan pada pukul 19.00 WIB. (detikcom/Ant/SP/c)
Sumber : http://hariansib.com/?p=149292
Tidak ada komentar:
Posting Komentar